LATAR BELAKANG
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui
bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya piramida giza. Piramida tersebut dibangun oleh
lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida giza tak akan berhasil
dibangun jika tidak ada seseorang tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer
ketika itu yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia
serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan
pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai
rencana.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di
kota venesia, italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan
perdagangan di sana. Penduduk venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan
bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern
saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata venesia, kapal perang diluncurkan
sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar
ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan
(assembly line) yang dikembangkan untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini
perakitan tersebut, orang venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan
untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan
kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa
penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika
adam smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, the wealth of nation.
Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh
organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan
ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri
pabrik peniti sebagai contoh, smith mengatakan bahwa dengan sepuluh
orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat
menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari.
Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri
menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu
menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja
dapat meningkatkan produktivitas dengan
• Meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja,
• Menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan
• Menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.
Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan
ilmu manajemen adalah revolusi industri di Inggris. Revolusi industri menandai
dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada
pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut
pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan
teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya
persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan
sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh
para ahli. Di awal abad ke-20, seorang industriawan perancis bernama henry
fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan fayol itu
kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada
pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.Sumbangan penting
lainnya datang dari. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang
disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian
kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang
rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, weber menyadari bahwa
bentuk “birokrasi yang ideal” itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan
tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk
berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar.
Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar
sekarang ini.
Perkembangan
selanjutnya terjadi pada tahun, yang merupakan kombinasi dari teori statistika
dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan “sains
manajemen”, mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen,
khususnya di bidang sering disebut sebagai bapak ilmu manajemen—menerbitkan
salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: “konsep korporasi”
(concept of the corporation).
LANDASAN TEORI
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa
Inggris disebut scientific management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick
Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management
pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah
“penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti menganggap tahun terbitnya buku ini
sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.
Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang
puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu
muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk
pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para
pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa
hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor
kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan
menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah “teknik paling baik” dalam
menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan.
Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat
sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman
tersebut adalah:
1.
Kembangkanlah suatu
ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan menggantikan metode
lama yang bersifat untung-untungan.
2.
Secara ilmiah,
pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut.
3.
Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan
para pekerja untu menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.
4.
Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara
hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua
pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.
Pedoman ini mengubah drastis pola pikir
manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka
dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus
memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil
alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan
pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri
Frank dan Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah
mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional.
Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan yang dapat mencatat setiap gerakan
yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan
setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata
telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan.
Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh
belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka
sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik
dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth
menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan
pekerja.
Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan
batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan
bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk
eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia
menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan
untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan.
Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18
gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik
Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di
penghujung hari.
Beberapa orang, bagaimanapun, menemukan kalau definisi ini, walaupun
berguna, terlalu sempit. Frase “manajemen adalah apa yang manajer lakukan”
terjadi dalam banyak tempat, mensugestikan tingkat kesulitan mendefinisikan
manajemen, sifat yang berubah-ubah dari definisi tersebut, dan hubungan dari
praktek manajerial dengan eksistensi kader manajerial atau kelas.
Pengguna bahasa Inggris biasa menggunakan
istilah “management” atau “the managment” sebagai kata kolektif mendeskripsikan
organisasi, sebagai contoh ialah korporasi. Bidang pelajaran manajemen
berkembang dari kondisi ekonomi di abad ke-19. Pelaku Ekonomi klasik seperti
Adam Smith dan John Stuart Mill memberikan teori alokasi sumber daya, produksi
dan penetapan harga. Pada saat yang hampir bersamaan, penemu seperti Eli
Whitney, James Watt, dan Matthew Boulton mengembangkan teknik produksi seperti
standarisasi, prosedur kontrol kualitas, akuntansi biaya, penukaran bahan, dan
perencanaan kerja.
Pada pertengahan abad 19, Robert Owen, Henry
Poor, dan M. Laughlin dan lain-lain memperkenalkan elemen manusia dengan teori
pelatihan, motivasi, struktur organisasi dan kontrol pengembangan pekerja. Pada
akhir abad 19, Pelaku ekonomi marginal Alfred Marshall dan Leon Walras dan
lainnya memperkenalkan lapisan baru yang kompleks ke teori manajemen. Pada
1900an manajer mencoba mengganti teori mereka secara keseleruhan berdasarkan
sains. Seperti Henry Fayol dan Alexander Church menjelaskan beberapa cabang
dalam manajemen dan hubungan satu sama lain.
William Stewart, (Carter-Scott, 1994) seorang
alumnus the Naval Academy yang merupakan veteran perang Vietnam ikut
berpendapat tentang manajemen dengan mengatakan, “Ada perbedaan keahlian yang
dituntut di dunia militer. Ketika keadaan damai, misalnya, anda akan sukses
jika anda tahu bagaimana menerapkan manajemen. Namun ketika perang, anda hanya
akan sukses jika anda mampu memimpin.
Peter Drucker menulis salah satu buku paling
awal tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the
Corporation), diterbitkan tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan
(chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.
H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C Fry memperkenalkan teknik statistika
ke dalam manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett mengkombinasikan teori
statistika dengan teori mikroekonomi dan lahirlah ilmu riset operasi. Riset
operasi, sering dikenal dengan “Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains
untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan
operasi.
Keahlian manajemen anda yang efektif, tidak
terlalu bisa anda terapkan dalam perang. Yang diperlukan adalah kemampuan
memimpin.” Sekarang ini Steward sudah menjadi pengacara yang sukses di Amerika
Serikat. Ketika anda belajar manajemen, anda selalu teringat oleh Henry Fayol.
Ia, di tahun 1916 memperkenalkan konsep manajemen yang berupa merencanakan,
mengorganisasikan, memerintahkan, dan mengawasi. Ketika ada orang bertanya
kepadanya, apa tugas dari seorang dirut? POSDCORB jawabnya. Itu adalah
kepanjangan dari planning, organizing, staffing, directing, coordinating,
reporting dan budgeting. Ia mengemukakan istilah itu di tahun 1930. Akronim
manajemen itu ringkas dan mudah diingat.
PEMBAHASAN
1. Definisi Manajemen
Istilah manajemen memiliki berbagai
pengertian. Secara universal manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi
untuk mencapai sasaran dan kinerja yg tinggi dalam berbagai tipe organisasi
profit maupun non profit. Definisi manajemen yg dikemukakan oleh
Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational
goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading
and controlling organizational resources”. Pendapat tersebut kurang lebih
mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dgn cara
yg efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan
pengawasan sumberdaya organisasi.
Plunket dkk.(2005:5) mendefinisikan manajemen
sebagai “One or more managers individually and collectively setting and
achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing
leading and controlling) and coordinating various resources (information
materials money and people)”. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti
bahwa manajemen merupakan satu atau lbh manajer yg secara individu maupun
bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dgn melakukan
fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian penyusunan staf pengarahan
dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi material
uang dan orang).
Manajer sendiri menurut Plunket dkk.(2005:5)
merupakan people who are allocate and oversee the use of resources jadi
merupakan orang yg mengatur dan mengawasi penggunaan sumber daya.
Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen
sebagai: “the process of administering and coordinating resources effectively
and efficiently in an effort to achieve the goals of the organization.”
Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan proses
mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien
sebagai usaha utk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari
bahasa Perancis kuno, yaitu menegement yang berarti seni melaksanakan dan
mengatur. Sejauh ini memang belum ada kata yang mapan dan diterima secara
universal sehingga pengertiaanya untuk masing-masing para ahli masih memiliki
banyak perbedaan.
Secara umum manajemen juga dipandang sebagai
sebuah disiplin ilmu yang mengajarkan tentang proses untuk memperoleh tujuan
organisasi melalui upaya bersama dengan sejumlah orang atau sumber milik
organisasi. Sebuah proses atau seri dari aktivitas yang berkelanjutan dan
berhubungan. Melibatkan dan berkonsentrasi untuk mendapatkan tujuan
organisasi. Mendapatkan hasil-hasil ini dengan berkerja sama dengan
sejumlah orang dan memanfaatkan sumber-sumber dimiliki si organisasi.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur
manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga
pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses,
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen,
3. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai
suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience
dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa
manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan
mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut pengertian yang kedua, manajemen
adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan
kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu
badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen
adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya
belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah
seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu.
Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya.
Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan
maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang
diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari
pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen.
Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan
hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat
diterima secara universal.
Manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai
suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain. Intinya bagaimana cara
memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakekatnya kegiatan
manusia pada umumnya adalah managing ( mengatur ) untuk mengatur disini
diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama.Seni dalam manajemen yaitu membentuk manusia menjadi lebih
efektif dari yang sudah dan sedang mereka lakukan tanpa anda. Ilmu adalah pada
bagaimana anda melakukannya, yaitu : planning, organizing, directing dan
monitoring. Sehingga manajemen sebagai ilmu adalah melihat bagaimana manajemen
dihubungkan dengan prinsip-prinsip manajemen,dan telah di organisasi menjadi
teori. Dimana seorang manajer mempelajari terlebih dahulu tujuannya lalu
diproses olehnya dengan keahliannya,setelah menjadi sebuah teori,lalu di buat
penetapan tenaga kerja pengarah dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah
di tetapkan.
Dalam kenyataannya manajemen sulit dedifenisikan
karena tidak ada defenisi manajemen yang diterima secara universal. Chaster I
Bernard dalam bukunya yang berjudul The function of the executive, bahwa
manajemen yaitu seni dan ilmu, juga Henry Fayol, Alfin Brown Harold, Koontz
Cyril O’donnel dan Geroge R. Terry. Mary Parker Follet pun mendefenisikan manajemen
sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Hal ini berarti bahwa para manajer untuk
mencapai tujuan organisasinya harus melalui kerjasama orang lain untuk
melaksanakan berbagai tugas yang mungkin dilakukan. Manajemen memang bisa
berarti seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai pengertian lebih dari pada itu.
Sehingga dalam kenyataannya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten
oleh semua orang, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Manajemen sebagai
ilmu pengetahuan (management as a science) adalah bersifat interdisipliner yang
mana mempergunakan bantuan dari ilmu-ilmu sosial, filsafat dan matematika.
2.
Manajemen sebagai
suatu sistem (management as a system) adalah kerangka kerja yang terdiri dari
beberapa komponen/bagian, secara keseluruhan saling berkaitan dan diorganisir
sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3.
Manajemen sebagai
suatu fungsi (management as a function) adalah suatu rangkaian kegiatan yang
masing-masing kegiatan dapat dilaksanakan tanpa menunggu selesainya kegiatan
lain, walaupun kegiatan tersebut saling berkaitan dalam rangka untuk mencapai
tujuan organisasi.
4.
Manajemen sebagai
suatu proses (management as a process) adalah serangkaian tahap kegiatan yang
diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dengan pemanfaatan semaksimal mungkin
sumber-sumber yang tersedia.
5.
Manajemen sebagai
suatu profesi (management as a profession) adalah suatu bidang kegiatan atau
bidang keahlian tertentu, antara lain profesi di bidang kedokteran, bidang
teknik dan bidang hukum.
6.
Manajemen sebagai
kumpulan orang (management as people / group of people) adalah suatu istilah
yang dipakai dalam arti kolektif untuk menunjukkan jabatan kepemimpinan di
dalam organisasi antara lain kelompok pimpinan atas, kelompok pimpinan tengah
dan kelompok pimpinan bawah.
Seperti apa
pengertian manajemen oleh beberapa ahli? Berikut adalah pemaparannya.
Menurut G.R. Terry:
Menurut G.R. Terry:
Manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksudmaksud yang nyata.
Menurut
Hilman:
Manajemen
adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi
usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut Ricky W. Griffin:
Menurut Ricky W. Griffin:
Manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.
Menurut Drs. Oey Liang Lee:
Menurut Drs. Oey Liang Lee:
Manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut William H. Newman:
Menurut William H. Newman:
Manajemen
adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu melalui orang
lain.
Menurut Renville Siagian:
Menurut Renville Siagian:
Manajemen
adalah suatu bidang usaha yang bergarak dalam bidang jasa pelayanan dan
dikelola oleh para tenaga ahli tyerlatih serta berpengalaman.
Menurut Prof. Eiji Ogawa:
Menurut Prof. Eiji Ogawa:
Manajemen
adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-kegiatan
termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan
terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat
disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.
Menurut
Federick Winslow Taylor:
Manajemen
adalah Suatu percobaan yang sungguh-sungguh untuk menghadapi setiap persoalan
yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan organisasi lain)atau setiap system
kerjasama manusia dengan sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan menggunakan
alat-alat perumusan.
Menurut Henry Fayol:
Menurut Henry Fayol:
Manajemen
mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang, mengorganisasi,
memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.
Lyndak F.
Urwick:
Manajemen
adalah Forecasting (meramalkan), Planning Orga-nizing (perencanaan
Pengorganisiran), Commanding (memerintahklan), Coordinating (pengkoordinasian)
dan Controlling (pengontrolan).
Menurut James
A.F.Stoner
manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Mary Parker
Follet
manajemen adalah suatu seni untuk
melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini
mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja
yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu
oleh dirinya sendiri.
Menurut Thomas H. Nelson
Manajemen perusahaan adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas,
proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan.
Konsep Dasar Manajemen
1.
Manajemen
adalah proses merencana, mengorganisasi, mengarah-kan,
mengoordinasikan serta mengawasi kegiatan
mencapai secara efisien dan efektif tujuan organisasi.
2.
Proses
manajemen dilakukan oleh manajemen bawah, menengah dan puncak.
3.
Manajemen
dalam pengertian orang menjalankan peranan melakukan
hubungan pribadi, pemberi informasi dan
pengambil keputusan.
4.
Manajemen
harus berketerampilan konseptual, manusiawi, dan teknis.
Sejarah Manajemen
1.
Manajemen
dapat dianggap sebagai suatu seni atau ilmu atau profesi.
2.
Manajemen
sukses ada semenjak tahun 5000 SM dan berkembang terus
sampai saat ini melalui pendekatan klasik,
perilaku kuantitatif dan modern.
3.
Perkembangan
terakhir manajemen berupa pemikiran tentang kriteria sukses
dari perusahaan konsultan McKinsey.
Konsep
Manajemen Masa Depan
1.
Manajemen masa
depan bertujuan meningkatkan ROI, produktivitas dan
kualitas hidup manusia.
2.
Manajemen masa
depan mendasarkan tindakannya pada aspek kuantitatif dan
perilaku manusia.
3.
Manajemen masa
depan akan menghadapi isu inflasi, sumber daya yang
makin langka, nilai sosial budaya masyarakat,
teknologi, hubungan karyawan
dan manajemen, etika dan tanggung jawab
sosial, konflik-konflik dan
globalisasi.
4.
Manajemen masa
depan akan menghadapi masalah yang datang dari sektor
industri dengan jasa dan untuk itu perlu
informasi yang dicari dengan sistem
informasi manajemen yang baik.
2.
Perencanaan
2.1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan secara garis besar diartikan seagai proses mendefinisikan
tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkann rencana aktivitas kerja organisasi. Pada dasarnya yang dimaksud
perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa (what), siapa
(who), kapan (when), dimana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how). Jadi
perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari
sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan serta programprogram yang dilakukan. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan berjalan. Rencana dapat berupa rencana informal atau secara formal.
Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan
bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana
tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Rencana formal adalah merupakan bersama anggota korporasi, artinya setiap
anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat
untuk mengurangi ami guitar dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus
dilakukan.
Planning
(merencanakan) adalah proses menetapkan
sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai
tujuan. Rencana juga merupakan pedoman untuk:
a. Organisasi memperoleh & menggunakan
sumberdayayg diperlukan
untuk mencapai tujuan.
b. Anggota organisasi melaksanakan aktivitasnya konsisten
dengan tujuan dan prosedur yang sudah ditetapkan
c. Memonitor dan mengukur kemajuan untuk
mencapai tujuan, sehingga untuk mencapai tujuan, sehingga tindakan korektif
dapat diambil bila kemajuan tidak dihasilkan
2.2. Alasan Perlunya Perencanaan
Salah satu maksud dibuat perencanaan adalah melihat program-program yang
dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapain tujuantujuan di waktu
yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan pengambilan keputusn yang lebih
baik. Oleh karena itu, perencanaan organisasi harus aktif, dinamis,
berkesinambungan dan kreatif, sehingga manajemen tidak hanya bereaksi terhadap
lingkungannya, tapi lebih menjadi peserta aktif dalam dunia usaha.
Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan :
1.
Untuk mencapai “protective benefits” yang dihasilkan dari pengurangan
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan.
2.
Untuk mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian
tujuan organisasi.
2.3. Macam-Macam Perencanaan
Macam-macam perencanaan dalam pengantar manajemen dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Perencanaan organisasi
Perencanaan ini terdiri dari:
1)
Perencanaan strategis
Rencana strategis yaitu rencana yang
dikembangkan untuk mencapai tujuan strategis. Tepatnya, rencana strategis
adalah rencana umum yang mendasari keputusan alokasi sumber daya, prioritas,
dan langkah-langkah tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan strategis.
2)
Perencanaan taktis
Adalah rencana ditujukan untuk mencapai tujuan
taktis, dikembangkan untuk mengimplementasikan bagian tertentu dari rencana
strategis. Rencana strategis pada umumnya melibatkan manajemen tingkat atas dan
menegah dan jika dibandingkan dengan rencana strategis, memiliki jangka waktu
yang lebih singkat dan suatu fokus yang lebih spesifik dan nyata
3)
Perencanaan operasional
Adalah rencana yang menitikberatkan pada
perencanaan rencana taktis untuk mencapai tujuan operasional. Dikembangkan oleh
manajer ingkat menegah dan tingkat bawah, rencana operasional memiliki fokus
jangka pendek dn lingkup yang relatif lebih sempit. Masing-masing rencana
operasional berkenaan dengan suatu rangkaian kecil aktivitas. Kami menjelaskan
perencanaan dengan lebih mendekati pada bagian selanjutnya.
Perencanaan operasional dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Rencana
sekali pakai : dikembangkan untuk melaksanakan serangkaian tindakan
yang mungkin tidak berulang di masa mendatang
·
Program rencana
sekali pakai untuk seragkaian aktivitas yang besar
·
Proyek rencana
sekali pakai untuk lingkup yang lebih sempit dan lebih tidak kompleks
dibandingkan dengan program
b. Rencana
tetap dikembangkan untuk aktivitas yang berulang secara
teratur selama suatu periode waktu tertentu
·
Kebijakan rencana
tetap yang merinci respons umum organisasi terhadap suatu masalah atau situasi
tertentu
·
Prosedur operasi
standar rencana tetap yang menguraikan langkah-langkah yang harus diikuti
dalam situasi tertentu
·
Aturan dan
peraturan rencana tetap yang mendeskripsikan dengan tepat bagaimana
aktivitas tertentu dilaksanakan
2. Perencanaan Kontinjensi
Jenis perencanaan lain yang juga penting adalah
perencanaan kontinjensi (contingency planning) yaitu penentuan serangkaian
tindakan alternatif jika suatu rencana tindakan secara tidak terduga tergganggu
atau dianggap tidak sesuai lagi.
2.4.Hambatan dalam Penetapan
dan Tujuan dan Perencanan
a) Tujuan yang
Tidak Tepat
Tujuan yang tidak
tepat mempunyai banyak bentuk. Membayar deviden yang besar kepada pemegang
saham mungkin tidak jika dananya didapatkan dengan mengorbankan penelitian dan
pengembangan tujuan mungkin juga tidak tepat jika tujuan tersebut tidak dapat
dicapai. Jika Kmart menetapkan tujuan untuk memperoleh lebih bayak pendapatan
dibanding Wal-Mart tahun depan, karyawan perusahaan mungkin. Tujuan juga tidak
tepat jika tujuan itu menepatkan terlalu banyak penekanan pada ukuran
kuantitatif maupun kalitatif dari keberhasilan.
b) Sistem
Penghargaan yang Tidak Tepat
Dalam beberapa
lingkungan, sistem penghargaan yang tidak tepat merupakan hambatan dalam penetapan
tujuan dan perencanaan.
c) Lingkungan yang
Dinamis dan Kompleks
Sifat dari suatu
lingkungan organisasi juga merupakan hambatan bagi penetapan tujuan dan
perencanaan yang efektif. Perubahan yang cepat, inovasi teknologi, dan
persaingan yang ketat juga dapat meningkatkan kesulitan bagi suatu organisasi
untuk secara akurat mengukur kesempatan dan ancaman di masa mendatang.
d) Keengganan untuk
Menetapkan Tujuan
Hambatan lain
terhadap perencanaan yang efektif adalah tujuan bagi mereka sendiri dan untuk
unit-unit yang merupakan tanggung jawab mereka. Alasan untuk ini mungkin adalah
kurangnya rasa percaya diri atau takut akan kegagalan. Jika seorang manajer
menetapkan suatu tujuan spesifik, ringkas, dan berhubungan dengan waktu, maka
apakah ia mencapai atau tidak mencapai tujuan tersebut akan tampak nyata.
Manajer yang secara sadar atau tidak sadar berusaha untuk menghindari tingkat
tanggung jawab ini lebih mungkin untuk menghindari usaha perencanaan
organisasi. Pfizer, suatu perusahaan farmasi besar, mengalami masalah karena
manajernya tidak menetapkan tujuan untuk penelitian dan pengembangan. Sebagai
akibatnya, organisasi tersebut jauh tertinggal di belakang karena manajer tidak
memiliki cara untuk mengetahui seberapa efektif usaha penelitian dan
pengembangan mereka sebenarnya.
e) Penolakan
terhadap Perubahan
Hambatan lain dalam
menetapkan tujuan dan perencanaan adalah penolakan terhadap perubahan.
Perencanaan pada intinya terkait dengan perubahan sesuatu dalam organisasi.
Avon Products hampir membuat dirinya sendiri bangkrut beberapa tahun yang lalu
karena perusahaan bersikeras melanjutkan kebijakan pembayaran deviden yang
besar kepada para pemegang sahamnya. Ketika laba mulai turun, manajer menolak
memotong deviden dan mulai melakukan pinjaman untuk membayar deviden tersebut.
Hutang perusahaan meningkat dari $3 juta menjadi $1,1 miliar dalam waktu
delapan tahun. Pada akhirnya, manajer terpaksa menyelesaikan masalah dan
memotong deviden.
f) Keterbatasan
Keterbatasan
(constraints) yang membatasi apa yang dapat dilakukan organisasi merupakan
hambatan utama yang lain.
2.5. Mengatasi Hambatan
Cara mengatasi hambatan perencanaan yaitu :
a.
Pemahaman Maksud Tujuan dan Rencana
Salah satu cara terbaik untuk memperlancar penetapan tujuan dan proses
perencanaan adalah dengan maksud dasarnya. Manajer seharusnya juga mengetahui
bahwa terdapat keterbatasan pada efektivitas penetapan tujuan dan pembuatan
rencana.
Dan
penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif tidak selalu memastikan
keberhasilan, penyesuaian dan pengecualian diharapkan dari waktu ke waktu.
b.
Komunikasi dan Partisipasi
Meskipun mungkin dibuat pada tingkat tinggi, tujuan dan rencana tersebut
harus dikomunikasikan kepada pihak yang lain dalam organisasi. Setiap orang
yang terlibat dalam proses perencanaan seharusnya tahu landasan apa yang
mendasari strategi fungsional, dan bagaimana strategi-strategi tersebut
diintegrasikan dan dikoordinasikan. Orang-orang yang bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan dan mengimplementasikan rencana harus didengar
pendapatnya dalam mengembangkan strategi tersebut. Setiap orang hampir selalu
memiliki informasi yang berharga untuk disumbangkan / dan karena mereka yang
akan mengimplementasikan rencana / keterlibatan mereka sangat penting orang
biasanya lebih berkomitmer pada rencana yang pembentukannya mereka bantu
.bahkan ketika suatu organisasi agar bersifat sentralistis atau menggunakan
staf perencanaan, manajer dari berbagai tingkan dalam organisasi seharusnya
dilibatkan dalam proses perencanaan.
c.
Konsistensi /revsi /dan pembaruan
Tujuan seharusnya konsisten baik secara hori zontal maupun secara vertikal
.konsistensi horizotal berarti bahwa tujan seharusnya konsisten diseluru
organisasi / dari satu departemen ke departemen lainnya. Konsistensi
vertikal berarti bahwa tujuan seharusnya konsisten dari atas
hingga ke bawah organisasi : tujuan stategis, taktis, dan
operasional harus selaras. Karena penetapan tujuan dan perencanaan merupakan proses
yang dinamis, tujuan dan perencanaan juga harus direvisi dan diperbarui secara
berkala. Banyak organisasi melihat perlunya merevisi dan memperbarui dengan
frekuensi yang semakin sering.
d. Sistem Penghargaan yang Efektif
Secara umum, orang seharusnya diberi penghargaan baik karena menetapkan
tujuan dan rencana yang efektif, maupun karena berhasil mencapainya. Karena
kegagalan terkadang berasal dari faktor-faktor di luar pengendalian manajemen,
orang seharusnya dipastikan bahwa kegagalan dalam mencapai tujuan tidak akan
selalu memiliki konsekuensi hukuman.
2.6.
Empat Tahap Dasar Perencanaan
Ada
Empat Tahap Dasar Perencanaan:
Tahap
1 Menetapkan Tujuan Atau serangkaian tujuan
Perencanaan
dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan
organisasi atau kelompok kerja tanpa rumusan tujuan yang
jelas organisasi akanmenggunakan sumber daya-sumber dayanya
secara tidak efektif.
Tahap
2 Merumuskan keadaan
Pemahaman
akan sisi perusahaan sekarang dari tujuan yang
hendakdicapai atau sumber dayasumber daya yang tersedia untuk
pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan
rencana menyangkut waktu yang akan datang. Hanya setelah
keadaan perusahaan saat ini dianalisa, rencana dapat dirumuskan
untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.
Tahap kedua ini memerlukan informasi terutama
keungan dan data statistik yang didapatkan
melalui komunikasi dalam organisasi.
Tahap
3 Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
Segala
kekuatan dan kelemahan serta kemmudahan dan hambatan perlu
diindentifikasi kan untuk mengukur kemampuan organisasi
dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu
diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern
yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya atau yang menimbulkan
masalah. Walaupun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,
masalah dan kesempatan sertaanacaman yang mungkin
terjadi di waktu mendatang adalah bagian esensi dari proses
perencanaan
Tahap
4 Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan
untuk pencapaian tujuan
Tahap
terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan
berbagai alternatif dalam proses pencapaian tujuan, penilain
alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan
alternatif terbaik di antar berbagai alternatif yang ada.
2.7.
Hubungan
Perencanaan dengan Fungsi Manajemen Lainnya
Fungsi perencanaan dan fungsi-fungsi serta
kegiatan-kegiatan manajerial lainnya adalah saling berhubungan, saling
tergantungdan berinteraksi.
Pengorganisasian dan penyusunan personalia
Pengorganisasian
adalah proses pengaturan kerja bersama sumber daya-sumber daya keuangan, phisik
dan manusia dalam organisasi. Perencanaan menunjukan cara dan menunjukan sumber
daya-sumber daya tersebut untuk mencapai efektivitas paling tinggi.
Pengarahan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan dengan perencanaan. Perencanaan menentukan kombinasi yang paling baik dari faktor-faktor, kekuatan-kekuatan, sumber daya-sumber daya dan hubungan-hubungan yang di perlukan untuk mengarahkan dan memotivasi karyawan.
Pengawasan
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan sangat erat, sehingga sering d sebut sebagai “kembar siam” dalam manajemen. Pengawasan adalah penting sebagai produk perencanaan efektif. Oleh karena itu, pengawasan bertindak sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana. Tujuan setiap rencana adalah untuk membantu sumber daya dalam kontribusinya secara positif terhadap pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Pengarahan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan dengan perencanaan. Perencanaan menentukan kombinasi yang paling baik dari faktor-faktor, kekuatan-kekuatan, sumber daya-sumber daya dan hubungan-hubungan yang di perlukan untuk mengarahkan dan memotivasi karyawan.
Pengawasan
Perencanaan dan pengawasan saling berhubungan sangat erat, sehingga sering d sebut sebagai “kembar siam” dalam manajemen. Pengawasan adalah penting sebagai produk perencanaan efektif. Oleh karena itu, pengawasan bertindak sebagai kriteria penilaian pelaksanaan kerja terhadap rencana. Tujuan setiap rencana adalah untuk membantu sumber daya dalam kontribusinya secara positif terhadap pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
2.8.
Tipe-tipe
Perencanaan
Tipe
perencanaan yang digunakan para manajer, meliputi :
1.
Perencanaan Jangka pendek (Short Range Plans)
2.
Perencanaan Jangka panjang (Long Range Plans)
3. Perencanaan
Strategi
4. Perencanaan
Operasional
5.
Perencanaan Tetap
6.
Perencanaan Sekali Pakai
2.9. Kerangka
Waktu Perencanaan
1.
Rencana Jangka Panjang
Suatu rencana jangka panjang
(long-range plan) meliputi banyak tahun, mungkin bahkan beberapa dekade.
2.
Rencana jangka Menengah
Suatu rencana yang agak
bersifat sementara dan lebih mudah berubah dibanding rencana jangka panjang.
Rencana jangka menengah biasanya meliputi periode satu hingga lima tahun dan
terutama penting bagi manajer menengah dan manajer lini.
3.
Rencana jangka Pendek
Seorang manajer juga
mengembangkan suatu rencana jangka pendek, yang memiliki kerangka waktu satu tahun
atau kurang. Rencana jangka pendek (short-range plan) sangat mempengaruhi
aktivitas seharihari manajer. Terdapat dua jenis rencana jangka pendek. Rencana
tindakan (action plan) merealisasikan semua jenis rencana. Ketika sebuah pabrik
Nissan siap untuk mengganti teknologinya, manajernya memusatkan perhatian
mereka pada penggantian peralatan yang ada dengan peralatan baru secepat
mungkin dan seefisien mungkin untuk meminimalkan hilangnya waktu produksi.
Dalam banyak kasus, hal ini dapat dilakukan dalam beberapa bulan, dan produksi
hanya terhenti selama beberapa minggu. Dengan demikian, suatu rencana tindakan
mengkoordinasikan berbagai perubahan aktual pada suatu pabrik tertentu.
Sebaliknya rencana reaksi (reaction plan) adalah rencana yang dirancang untuk
membuat perusahaan dapat bereaksi terhadapa situasi yang tak terduga. Di salah
satu pabrik Nissan, peralatan baru tiba lebih awal dari yang diharapkan dan
manajer pabrik harus menutup produksi lebih cepat dari yang mereka perkirakan.
Oleh karena itu, manajer tersebut harus bereaksi terhadap kejadian yang berada
di luar kendali mereka dalam cara yang masih memungkinkan tercapainya tujuan.
2.10. Tanggung
Jawab untuk Menetapkan Tujuan Perencanaan
1.
Staf Perencanaan
Khususnya
staf perencanaan dapat mengurangi bban kerja manajer individual, membantu
mengkoordinasikan aktivitas perencanaan manajer individual, membawa berbagai
alat dan teknik yang berbeda untuk menyelesaikan masalah tertentu, berwawasan
yang lebih luas dibanding manajer individual, dan melangkah jauh melmpaui
proyek dan departemen tertentu.
2.
Satuan Tugas Perencanaan
Organisasi
terkadang menggunakan satuan tugas untuk membantumengembangkan rencana. Satuan
tugas semacam itu seringkali terdiri dari manajer lini dengan suatu minat
khusus dalam bidang perencanaan yang relevan.
3.
Dewan Direksi
Dewan
direksi (board of directors) bertugas menetapkan misi dan strategi
perusahaan. Di beberapa perusahaan, dewan tersebut erperan aktif dalam proses
perencanaan. Di CBS, misalnya, dewan direksi biasanya berperan dalam
perencanaan. Di perusahaan lain, dewan memilih seorang eksekutif kepala yang
kompeten dan mendelegasikan perencanaan kepada individu tersebut.
4.
Chief Executive Officer (CEO)
Chief
Executive Officer (CEO) biasanya presiden direktur atau ketua dari dewan
direksi. CEO mungkin individu tunggal yang paling penting dalam setiap proses
perencanaan organisasi. CEO memainkan suatu peran utama dalam menyelesaikan
proses perencanaan dan bertanggung jawab untuk mengimplementasikan strateggi.
Dewan dan CEO kemudian berperan langsung dalam perencanaan. Komponen
organisisional lain yang terlibat dalam proses perencanaan memiliki peran
sebagai penasihat atau konsultan.
5.
Komite Executive
Komite
eksekutif (executive commitee) biasanya terdiri dari eksekutif puncak dalam
organisasi yang bekerja sama sebagai suatu kelompok. Anggota komite eksekutif
seringkali dibebankan pada berbagai staf komite, subkomite, dan satuan tugas
untuk berkonsentrasi pada proyek tertentu atau masalah yang mungkin dihadapi
seluruh organisasi pada suatu waktu di masa depan.
6.
Manajemen Lini
Komponen
terakhir dari sebagian besar aktivitas perencaanaan organisasi adalah manajemen
lini (line management). Manajer lini adalah orang yang memiliki otoritas formal
dan tanggung jawab untuk manajemen organisasi. Mereka memainkan suatu peran
penting dalam proses perencanaan oranisasi karena dua alasan. Pertama, mereka
merupakan sumber informasi berharga dari dalam organisasi untuk manajer lain
etika rencana diformulasikan dan diimplementasikan. Kedua, manajer lini di
tingkat menengah Dn rendah dari organisasi biasanya harus melaksanakan rencana
yang dikembangkan oleh manajemen puncak. Manajemen lini mengidentifikasikan,
menganalisis, dan merekomendasikan alternatif program, membuat anggaran, dan
mengajukannya untuk disetujui, dan akhirnya melaksanakan rencana.
2.11.
Pendekatan – Pendekatan Perencanaan
1. Perencanaan inside-out dan
perencanaan outside-in
Perencanaan
inside-out: terfokus pada yang sudah dilakukan dan mengusahakan untuk melakukan
yang tebaik yang dapat dilakukan. Ini meningkatkan efektivitas organisasi.
Perencanaan
outside-in: dari analisa lingkungan eksternal muncul perencanaan untuk
mengeksploitasi kesempatan-kesempatan dan meminimisasi permasalahan yang terjadi.
Kedua perencanaan ini dapat dikombinasikan agar optimal.
2. Perencanaan top-down dan
perencanaan bottom-up
Perencanaan
dari atas ke bawah (top-down): manajer dibawah manajer puncak membuat
perencanaan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan manajer puncak.
Perencanaan
dari bawah ke atas (bottom-up): dikembangkan pada tingkatan yang lebih bawah
tanpa adanya batasan yang secara teratur melewati hirarki tersebut ke tingkat
manajer puncak. Kelebihan: kuatnya komitmen dan kepemilikan dalam perencanaan
yang lebih rendah. Kelemahan: bila terlalu ekstrim mungkin akan gagal untuk
menghasilkan seluruh tugas yang terintegrasi dalam organisasi secara
keseluruhan.
2.12.
Dasar – Dasar Perencanaan yang Baik
1. Forecasting
Proses pembuatan asumsi-asumsi tentang apa yang
akan terjadi pada masa yang akan datang.
a. forecasting kualitatif: prediksi masa
depannya menggunakan pendapat para ahli
b. forecasting kuantitatif:
prediksi masa depannya menggunakan analisa data secara matematis dan statistis (analisa time series,
model ekonometri, survey statistik)
2.
Penggunaan Skenario
Meliputi penentuan beberapa alternatif
skenario masa yang akan dtaang atau keadaan peristiwa yang mungkin terjadi.
Pengidentifikasian
kemungkinan skenario yang berbeda waktunya akan membantu organisasi beroperasi
lebih fleksibel dalam lingkungan yang dinamis.
3. Benchmarking
Perbandingan eksternal untuk mengevaluasi
secara lebih baik suatu arus kinerja dan menentukan kemungkinana tindakan yang
dilakukan untuk masa yang akan datang. Tujuan: untuk mengetahui apakah
orang-orang dan organisasi bekerja dengan baik dan merencanakan bagaimana
menggabungkan ide-ide tersebut dalam pengoperasiannya.
4.
Partisipasi dan Keterlibatan
Perencanaan partisipatif yang aktif:
perencanaan di mana semua orang yang mungkin akan memperngaruhi hasil dari
perencanaan dan atau akan membantu mengimplementasikan perencanaan-perencanaan
tersebut.
5.
Penggunaan Staf Perencana
Fungsi staf perencana: bertanggung jawab dalam
mengarahkan dan mengkoordinasi sistem perencanaan untuk organisasi secara
keseluruhan atau untuk salah satu komponen perencanaan yang utama.
Kesimpulan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen,
terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era
globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional
dan sistematis, bukan hanya pada intuisi dan dugaan.
Salah satu maksud dibuat perencanaan adalah melihat program-program yang
dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan pencapain tujuantujuan di waktu
yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan pengambilan keputusn yang lebih
baik.
Dalam perencanaan terdiri dari macam-macam perencanaan, yaitu perencanaan
organisasi dan perencanaan kontijensi. Perencanaan organisasi terbagi menjadi 3
yaitu perencanaan strategis, taktis dan operasional.
Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan dalam penetapan tujuan.
Hambatan tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat,sistem penghargaan yang
tidak tepat,Lingkungan yang Dinamis dan Kompleks,Keegganan untuk meneteokan
tujuan, Penolakan terhadap Perubahan,keterbatasan.
3.
Kepemimpinan
3.1. Pengertian
Kepemimpinan
Secara etimologi
kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau
tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat)
dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin”
(leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan
kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. Dan setelah ditambah akhiran “an” menjadi “pimpinan” artinya orang
yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan “ke” menjadi “kepemimpinan”
(leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi
serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama,
sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat
proses kelompok (Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan
diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar
secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian
tujuannya (Nawawi dan M. Martin, 1995).
Berdasarkan pandangan
tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan
kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain agar dapat berbuat
sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi.
Teori ini mengidentifikasi karakteristik umum
tentang intelegensi, personaliti, dan kemampuan (perilaku).
b.
Teori Perilaku
Teori perilaku
kepemimpinan memfokuskan pada perilaku apa yang dipunyai oleh pemimpin, yang
membedakan dirinya dari non-pemimpin.
Teori perilaku lebih
menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manager
menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari
sebuah perilaku otoriter ke demokratik atau fokus suatu produksi ke fokus
pegawai.
Menurut Vestal (1994)
teori perilaku ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manager dalam
suatu organisasi.
c.
Teori Situasi
Penelitian-penelitian
terdahulu yang mencoba melihat karkteristik dan gaya kepemimpinan tidak dapat
menemukan karakteristik atau gaya yang berlaku untuk semua situasi. Situasi
dengan demikian memainkan peranan penting dalam efektifitas kepemimpinan.
Teori lain dalam kepemimpinan yaitu :
a. Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori ini menyatakan bahwa “leader are born and not made”
(pemimpin itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat). Para penganut
aliran teori ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam keadaan yang
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai
takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau
determinitis.
b. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang
ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya.
Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “leader are made and not born”
(pemimpin itu dibuat atau dididik dan bukannya kodrati). Jadi teori ini
merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan
pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila
diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
c. Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran,
maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori
ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa
seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah
memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui
pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan
lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori
terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati
kebenaran.
Teori kepemimpinan
menurut Ohio State Model (Bass,2008 ; Bass & Stogdill,1990;
Fleischman,1998), Situasional Leadership Chersey ( Blanchard dan Johnson,
2008), The Leadership Grid (Blake & McConse,1991) dan Gaya Umum Perilaku
Pemimpin :
3.2. Kriteria Pemimpin
Dalam mencari
sifat/kriteria kepemimpinan yang dapat diukur, para peneliti mengambil dua
pendekatan yaitu :
1.
Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak
menjadi pemimpin.
2.
Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Dari daftar kewajiban
yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, paling sedikit ia harus mampu untuk
memimpin para pegawai/bawahan untuk mencapai tujuan institusi dan harus mampu
untuk menangani hubungan antarkaryawan (interpersonal relations). Pemimpin yang
berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
2.
Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif.
3.
Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
4.
Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
RL Khan mengemukakan
bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaanya dengan baik jika :
1.
Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya.
2.
Menyusun jalur pencapaian tujuan.
3.
Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan.
4.
Mengubah tujuan karyawan sehuingga tujuan mereka bisa berguna secara
organisatoris.
3.3. Peranan Pemimpin
Selanjutnya peranan
seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai
berikut :
1.
Sebagai pelaksana (executive).
2.
Sebagai perencana (planner).
3.
Sebagai seorangahli (expert).
4.
Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group
representative).
5.
Sebagai pengawas hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of
internal relationship).
6.
Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and
punishments).
7.
Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator).
8.
Merupakan bagian dari kelompok (exemplar).
9.
Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group).
10. Pemegang
tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual
responsibility).
11. Sebagai
pencipta/memiliki cita-cita (ideologist).
12. Bertindak
sebagai seorang ayah (father figure).
13. Sebagai
kambing hitam (scape goat).
3.4. Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
1.
Karateristik pribadi
Karakter pimpinan
keperawatan sangat berpengaruh terhadap proses kepemimpinan yang dijalankannya.
Berikut adalah beberapa karakter kepemimpinan keperawatan yang efektif sebagai
berikut :
a. Jujur
b. Terbuka
c. Terus Belajar
d. Enterpreuner (Wira Usaha)
e. Disiplin
f. Intelegen
2.
Kelompok yang dipimpin
Keberhasilan seorang
pemimpin dalam menjalankan organisasinya dipengaruhi oleh kelompok yang
dipimpinnya. Semakin besar kelompok yang dipimpin semakin sulit menjalankan
kepemimpinan. Oleh karena itu, agar memudahkan proeses kepemimpinan maka perlu
dilakukan pembagian tugas kepemimpinan kepada unit-unit atau tim.
3.
Situasi yang dihadapi
Beberapa situasi
ruang perawatn berikut ini akan mempengaruhi proses kepemimpinan dalam pelayanan
asuhan keperawatn yaitu :
a.
Kemampuan dan pengalaman aggota
b.
Peraturan dan kebijakan rumah sakit.
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana
dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981), yaitu :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa
lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan
gaya kepemimpinan.
2.
Harapan dan perilaku atasan.
3.
Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya
kepemimpinan.
4.
Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5.
Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.
Harapan dan perilaku rekan.
3.5. Hakikat Kepemimpinan
Dari semua pemikiran dan tulisan mengenai kepemimpinan, ada tiga aspek yang menonjol: manusia, pengaruh, dan tujuan. Kepemimpinan dijalankan oleh manusia, melibatkan penggunaan pengaruh, dan digunakan untuk mencapai tujuan. Pengaruh berarti bahwa hubungan antara manusia tidak terjadi secara pasif. Oleh karena itu, kepemimpinan (leadership) disini didefinisikan sebagai kemampuan untuk memengaruhi orang lain guna mencapai tujuan organisasi.
3.6.Kepemimpinan Masa Kini
Konsep kepemimpinan berubah seiring berubahnya organisasi. Artinya, konteks lingkungan tempat kepemimpinan dijalankan memengaruhi pendekatan apa yang paling efektif, di samping pemimpin seperti apa yang paling dikagumi masyarakat. Pengaruhi penting terhadap gaya kepemimpinan selama beberapa tahun terakhir adalah yang penuh pergolakan dan ketidakpastian.
Hal menarik tentang
kepemimpinan masa kini adalah “pendekatan postheroic”yang mengutamakan
tindakan-tindakan subtil, tidak kasat mata, dan sering tanpa pamrih dilakukan
setiap hari oleh para pemimpin, bukan prestasi hebat para pahlawan bisnis
kenamaan. Kerendahan Hati (humility) berarti bersikap rendah hati dan tidak
berpura-pura.
· Kepemimpinan Tingkat 5: Kepemimpinan tingkat 5 merupakan tingkat tertinggi dalam hierarki kemampuan manajer. Ciri penting pemimpin tingkat 5 adalah hampir hilangnya ego, dibarengi dengan tekad kuat untuk melakukan yang terbaik bagi organisasi.
· Kepemimpinan Interaktif: Kepemimpinan interaktif (interactive leadership) berarti bahwa pemimpin lebih menyukai proses konsensual dan kolaboratif, serta pengaruh muncul lewat hubungan, bukan kekuasaan posisi dan kewenangan formal.
3.7. Perbedaan Manajemen dan Kepemimpinan
Perbedaan utama antara manajemen dan kepemimpinan adalah manajemen mengutamakan stabilitas, ketertiban, dan pemecahan masalah di struktur dan sistem organisasi yang ada. Kepemimpinan tidak dapat menggantikan manajemen, melainkan harus melengkapinya. Manajemen yang baik diperlukan untuk membantu organisasi memenuhi komitmen yang ada, sementara kepemimpinan yang baik diperlukan untuk membawa organisasi ke masa depan.
Berbagai upaya awal untuk memahami kesuksesan kepemimpinan berfokus kepada pemimpin. Karakter (traits) adalah ciri pribadi pemimpin yang menonjol, seperti kecerdasan, kejujuran, kepercayaan diri, dan bahkan penampilan.
Dua perilaku kepemimpinan
utama yang dianggap penting bagi kepemimpinan adalah perilaku berorientasi
tugas dan perilaku berorientasi manusia. Kedua metakategori ini, atau kategori
perilaku secara luas , terbukti berhubungan dengan kepemimpinan efektif di berbagai
situasi dan waktu. Meski keduanya tidak hanya penting bagi perilaku
kepemimpinan , perhatian akan tugas dan manusia sedikit banyak harus
diperlihatkan. Oleh karena itu, banyak upaya untuk memahami kepemimpinan
menggunakan kedua metakategori ini sebagai dasar penelitian dan perbandingan.
Perbedaan kepemimpinan
dengan manajer
Manager
|
Leadership
|
1. Building and maintaining an organizational structure (membangun
dan mengembangkan struktur organisasi)
|
Building
and maintaining an organizational culture (membangun dan mengembangkan kultur organisasi)
|
2. Path- following (merujuk pada alur kepengikutan)
|
Path-
finding (merujuk pada alur
penemuan)
|
3. Doing thing right (mengerjakan sesuatu yang benar)
|
Doing
the right thing (mengerjakan sesuatu
dengan benar)
|
4. The manager maintains, relies and control (mengedepankan
pemeliharaan dan pengendalian)
|
The
leader develops, inspires trust (mengembangkan dan menginspirasi kepercayaan)
|
5. A preoccupation with the here-and-now of goal attainment
(beranjak dengan “disini dan sekarang” dari pencapaian tujuan)
|
Focused
on the creation of a vision about a desired future state (berfokus pada upaya mengkreasi tentang
masa depan yang diinginkan)
|
6. Managers maintain a low level of emotional involvement
(memelihara level rendah keterlibatan emosional)
|
Leaders
have empathy with other people and give attention to what event and action
means (mempunyai empati
terhadap orang lain dan memberi perhatian pada setiap peristiwa dan makna tindakan)
|
7. Designing and carry out plant, getting things done, working
effectively with people (mendesain dan membawa rencana, mendorong
tindakan, dan bekerja efektif dengan orang)
|
Establishing
a mission, giving a sense of direction (memantapkan misi dan membangkitkan rasa untuk
mencapai arah tertentu)
|
8. Being taught by the organization (mengembangkan pikiran dari
organisasi)
|
Learning
from the organization
(belajar dari organisasi)
|
Sumber: Stoner, Freeman, Gilbert dalam Danim (2008:
4-5)
3.8. Penelitian
tentang Pemimpin
· Penelitian Ohio State
Para peneliti di the Ohio State University menyurvei para pemimpin untuk meneliti ratusan dimensi perilaku pemimpin. Mereka mengidentifikasikan dua perilaku utama : pertimbangan dan struktur permulaan.
1. Pertimbangan (consideration) masuk ke kategori perilaku berorientasi manusia dan berarti sejauh mana sang pemimpin memikirkan bawahan, menghargai, pikiran dan perasaan mereka, dan membangun rasa saling percaya.jadi, pertimbang adalah jenis perilaku yang menggambarkan sejauh mana pemimpin memirkan bawahan, mengharagai pikiran,dan perasaan meraka,serta membangun rasa saling percaya.
2. Struktur permulaan (initiating structure) adalah kadar perilaku tugas, yaitu sejauh mana sang pemimpin berorientasi tugas dan mengarahkan pekerjaan bawahannya untuk mencapai tujuan.
· Penelitian Michigan
Para peneliti Universitas Michigan menggunakan istilah pemimpin berorientasi pegawai untuk menyebut pemimpin yang menetapkan tujuan berkinerja tinggi dan menampilkan perilaku suportif terhadap bawahan mereka. Pemimpin yang paling paling efektif disebut pemimpin berorientasi tugas, yaitu mereka yang cenderung lebih memperhatikan pemenuhan jadwal, penghematan biaya, dan efisiensi produksi .
Kisi-kisi kepemimpinan (leadership grid) adalah teori kepemimpinan dua dimensi yang mengukur perhatian pemimpin terhadap manusia dan produksi
Pendekatan Kontingensi (contingency approaches) adalah Model kepemimpinan yang menggambarkan hubungan antara gaya kepemimpinan dan situasi spesifik di organisasi.
Teori Kepemimpinan Situasional (situational theory) merupakan pengembangan menarik dari teori perilaku yang terangkum pada kisi-kisi kepemimpinan. Pendekatan Hersey dan Blanchard banyak berfokus kepada karakteristik pengikut dalam menentukan perilaku kepemimpinan yang sesuai. Inti pemikiran Hersey dan Blanchard adalah tingkat kesiapan bawahan berbeda-beda.
Titik tolak teori Fiedler adalah sejauh mana gaya pemimpin berorientasi tugas atau berorientasi hubungan (manusia). Fiedler menganggap gaya kepemimpinan sesorang relatif tetap dan sulit diubah. Oleh karena itu, ide dasarnya adalah mencocokkan gaya pemimpin dengan situasi yang paling sesuai dengan efektivitasnya. Dengan mendiagnosis gaya kepemimpinan dan situasi di organisasi, kecocokan dapat diupayakan.
Pemimpin berorientasi tugas lebih efektif ketika situasinya sangat menguntungkan maupun sangat tidak menguntungkan. Pemimpin berorientasi tugas menonjol disituasi menguntungkan karena semua orang bekerja sama, tugas terdefinisikan dengan jelas, dan pemimpin memiliki semua kekuatan yang diperlukan untuk memerintah mengarahkan.
Pengganti (substitute) adalah variabel situasi yang membuat gaya kepemimpinan tidak diperlukan atau berlebihan. Kepemimpinan menyebabkan gaya kepemimpinan tidak diperlukan lagi. Contohnya, bawahan yang sangat profesional yang tahu cara mengerjakan tugas mereka memerlukan pemimpin yang memberitahukan struktur kepada mereka dan apa yang harus mereka lakukan. Pembatal (neutralizer) adalah variabel situasi yang membatalkan gaya kepemimpinan dan mencegah pemimpin menunjukkan perilaku tertentu. Meniadakan gaya kepemimpinan dan mencegah pemimpin menunjukkan perilaku tertentu. Contohnya, jika pemimpin benar-benar tidak memiliki kekuatan posisi atau jauh dari bawahannya, kemampuannya untuk mengarahkan bawahan sangat berkurang.
Beberapa pendekatan kepemimpinan lebih efektif daripada pendekatan lain memunculkan komitmen dan antusiasme yang tinggi. Dua jenis kepemimpinan yang berdampak besar adalah kepemimpinan karismatik dan transformasional.
Pemimpin karismatik (charismatic leader) adalah pemimpin yang mampu memovitasi bawahannya untuk melebihi kemampuan mereka.
3.9. Taktik Pengaruh Interpersonal
Pemimpin sering menggunakan gabungan strategi pengaruh, dan orang yang dianggap memiliki kekusaan dan pengaruh yang lebih besar biasanya adalah mereka yang menggunakan taktik yang lebih beragam. Namun, semua taktik ini masuk ke kategori-kategori dasar yang bergantung kepada pemahaman terhadap prinsip-prinsip yang membuat orang mengubah perilaku dan sikap. Tujuh prinsip dalam memberikan tersebut melibatkan penggunaan kekuasaan pribadi, bukan hanya kekuasaan posisi atau penggunaan imbalan dan hukuman.
1. Gunakan persuasi yang rasional
2. Buat orang lain menyukai anda
3. Andalkan aturan timbal balik
4. Bangun aliansi
5. Minta apa yang Anda inginkan
6. Manfaatkan kewenangan yang lebih tinggi
7. Berikan imbalan atas perilaku yang Anda inginkan
3.10.
Kepemimpinan Sebagai Pelayanan
Karakteristik kepemimpinan abdi dan kepemimpinan moral dapat digunakan oleh pemimpin dengan sukses di segala situasi untuk membuat perubahan positif.
1. Kepemimpinan Abdi
Pemimpin abdi adalah pemimpin yang bekerja untuk memenuhi tujuan dan kebutuhan bawahan mereka, dan mewujudkan tujuan atau misi lebih besar dari organisasi mereka. Mereka bekerja pada dua tingkat : untuk pemenuhan tujuhan dan kebutuhan bawahan mereka. Pemimpin abdi berbagaia banyak hal : kekuasaan, ide, informasi, pengakuan, pujian untuk prestasi, dan bahkan uang.
2. Kepemimpinan Moral
Kepemimpinan moral adalah membedakan yang benar dari yang salah dan memilih melakukan hal yang benar dalam melaksanakan kepemimpinan. Ini berarti memperlihatkan perilaku adil,jujur,baik dan patut dalam melaksanakan kepemimpinan. Pemimpin moral ingat bahwa bisnis juga terkait dengan nilai-nilai, bukan hanya prestasi ekonomi.
Menurut para ahli terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan
dalam suatu organisasi antara lain :
a.
Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau Dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli
tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui titik ekstrim yaitu
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
b.
Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan
gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :
Sistem 1, otoritatif dan eksploitif :
Manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan
memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan
juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
Manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan
kebebasan
untuk memberikan
komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai
fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
Sistem 3, konsultatif:
Manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah
hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat
keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan
lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
Sistem 4, partisipatif :
Adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana
organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan
keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang
membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat
dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan
penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan
perasaan yang dibutuhkan dan penting.
3.11. Keterkaitan Administrasi, Organisasi, Manajemen,
dan Kepemimpinan
Organisasi memiliki dua pengertian umum, pertama organisasi
diartikan sebagai suatu lembaga/kelompok fungsional, misal: sekolah,
perusahaan, dan badan-badan pemerintahan. Kedua merujuk pada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara
para anggota dengan mempertimbangkan kemampuan mereka, mengalokasikan sumber
daya, serta mengkoordinasikannya sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai
secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan
orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. (Fattah, 2006:
71).
Secara etimologis, kata administrasi berasal dari
bahasa yunani, ad ministrare. Ad berarti ke/kepada. Ministrare berarti melayani, membantu,
atau mengarahkan (Malawi, 2010: 31). Administrasi dalam arti sempit adalah
bersifat teknis ketatausahaan. Sedangkan dalam arti luas, administrasi adalah
suatu proses yang ditujukan terhadap penentuan tujuan pokok dan
kebijaksanaannya, dimana organisasi dan manajemen digariskan (Sudarmiani, 2009:
35).
Sedangkan manajemen sendiri merupakan suatu sistem
yang setiap komponennya dikelola untuk mencapai sebuah tujuan.
Hubungan Organisasi, Administrasi, dan Manajemen dapat digambarkan sebagai berikut:
|
|
Gambar diatas menunjukkan
bagaimana hubungan antara organisasi, administrasi, dan manajemen. Organisasi
sebagai kelompok orang yang mengikatkan diri secara formal adalah wadah yang
menampung kelompok manusia. Didalam kelompok, manusia melakukan administrasi
dalam bentuk kerja sama. Dan di dalam administrasi terjadi proses pengaturan. Proses
pengaturan inilah disebut dengan manajemen. Manajemen yang ada didalam
organisasi biasanya bertingkat dari yang terdepan sampai yang tertinggi.
Jika disekolah adalah sebuah
organisasi, maka didalam sekolah terjadi kegiatan kerja sama administrasi untuk
mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, kerja sama yang
ada harus diatur sehingga semua sumber daya pendidikan bersifat harmonis, dan
sinergis. Untuk itu dilakukan kegiatan pengaturan manajemen. Kepala sekolah
sebagai manajer tertinggi bertugas menentukan strategi dalam mencapai tujuan
pendidikan. Strategi yang ada diterjemahkan menjadi program kerja oleh semua
wakil kepala sekolah sebagai manajer madya. Pelaksanaan program kerja dilakukan
oleh guru dan segenap pegawai tata usaha dengan pengawasan guru senior yang
ditunjuk sebagai pengawas pelaksanaan. Dengan demikian tercipta sebuah sistem
organisasi yang terus bergerak mencapai tujuan. Demikianlah hubungan antara
organisasi, administrasi, dan manajemen
Kesimpulan
Secara etimologi
kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing atau
tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin (rakyat)
dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin”
(leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui proses kewibawaan
kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu. Dan setelah ditambah akhiran “an” menjadi “pimpinan” artinya orang
yang mengepalai. Apabila dilrengkapi dengan awalan “ke” menjadi “kepemimpinan”
(leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi
serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan pencapaian tujuan bersama,
sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat
proses kelompok (Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan adalah aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan secara otokratis adalah kepemimpinan yang cara memimpinnya
menganggap organisasi sebagai miliknya sendiri. Sehingga seorang pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap para anggota organisasinya dan menganggap
mereka itu sebagai bawahannya dan merupakan alat atau mesin, tidak diperlakukan
sebagaimana manusia. Bawahan hanya menurut dan menjalankan perintah atasannya
serta tidak boleh membantah, karena pimpinan tidak mau menerima kritik, saran
dan masukan. Tipe kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan yang sama dengan
tipe otoriter, yang mana dari kepemimpinan ini, bawahan tidak berhak
menyampaikan saran, pendapat, dan kritik. Dalam kepemimpinan ini seorang
pemimpin menganggap dirinya adalah segala-galanya yang memiliki kekuasaan dan
kewenangan atas anak buah sesuai dengan kehendaknya.
Kepemimpinan ini lebih identik dengan system
satu orang yang berkuasa, yang berhak menentukan kebijakan, berhak dalam
mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan dalam organisasi. Kepemimpinan
ini hanya dibatasi dengan undang-undang saja.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar